Idenya Ade
Speaking My Mind   
Selasa, 04 Maret 2008
Ya Allah, maafkan dosa mereka!
Gue menangis dalam hati baca berita ini..............

Karena LAPAR, anak pintar itu BUNUH DIRI....


Magetan-Surya, Heran melihat Teguh Miswadi, 11, tidak masuk sekolah sejak
Senin (18/2), Sujarwo menjenguk salah-satu murid pintarnya itu kemarin.
Pak guru Sujarwo, 45, khawatir sakit maag Teguh kambuh, dan dia ingin
membawanya ke Puskesmas.

Namun, tiba di rumah Teguh yang tinggal bersama neneknya di Desa Pupus,
Kecamatan Lembeyan, Kab. Magetan, Sujarwo terkejut bukan kepalang. Di
sebuah kamar yang tak terkunci di rumah setengah kayu dan setengah bambu
itu, Sujarwo melihat siswa kesayangannya tergantung kaku. Teguh sudah tak
bernyawa. Teguh bunuh diri.

"Seutas tali tampar biru menjerat lehernya," kata Sujarwo saat ditemui
Selasa (19/2). Tali itu diikatkan pada blandar atau kayu penopang atap.

Menurut Sujarwo, Teguh gelap mata, sangat mungkin karena tidak tahan akan
rasa sakit yang menyerang perut. Maag itu sering membuatnya mengerang.
Penyakit ini seharusnya dilawan dengan makan teratur dan bergizi. Tapi,
justru itulah yang tak mungkin didapatkan.

Beberapa tetangga membenarkan Teguh hanya makan satu kali sehari. Kondisi
Teguh yang tinggal hanya berdua dengan neneknya yang renta, memang sangat
memprihatinkan. Siswa kelas 5 SDN Pupus 02, Kecamatan Lembeyan, Kabupaten
Magetan ini sering mengeluh sakit perut.

"Teguh menderita sakit maag akut sejak cukup lama dan.tak ada yang
memperhatikan secara penuh sakitnya, termasuk kebutuhan makannya," tutur
Sujarwo dengan nada prihatin.

Dengan kondisi keluarga Teguh yang miskin, makan sebagai kebutuhan paling
dasar tampaknya memang tak sanggup dipenuhi keluarganya. Teguh tinggal
bersama Mbah Ginah, 76, neneknya yang buta di RT 2 RW 7 No 672 Desa Pupus,
Kecamatan Lembeyan, Kabupaten Magetan.

"Sebetulnya tidak ada yang aneh. Anak itu mudah bergaul dengan teman
sebayanya dan tergolong cerdas. Hanya, dia sering tiba-tiba terdiam," kata
Sukarni, 35, tetangga Mbah Ginah.

Baru ketika bocah ini nekat gantung diri, orang-orang dewasa di sekitarnya
melek. Betapa tersiksanya Teguh yang hanya bisa mengisi perut sekali
sehari. Bahkan sebelum meregang nyawa, dia diduga sangat kesakitan. Ini
terlihat dari tas sekolah, buku-buku, sepatu, serta seragam sekolah yang
ada di bawahnya berantakan.

Sangat mungkin Teguh yang mengenakan kaus hijau dan celana jins biru ini
berkelojotan menahan sakit.

Menurut Sukarni, Mbah Ginah menjadi satu-satunya orang yang dianggap
paling bisa memberi perhatian pada Teguh. Tetapi, karena sudah tak bisa
melihat, Mbah Ginah memiliki keterbatasan. Selain itu, kemiskinan selalu
saja menjadi sandungan.

Bahkan ketika bocah malang ini tinggal bersama ayahnya, Suwarno, 41, dia
juga tidak mendapat perhatian apalagi dirawat layaknya seorang anak.
Lagi-lagi kemiskinan yang membuat keluarga kecil ini berantakan.

Kata sejumlah tetangganya, Suwarno harus berangkat ke sawah sebagai buruh
tani usai subuh dan kembali ke rumah menjelang senja. Ibu Teguh,
Supartinah, 38, telah pergi merantau ke Sumatera sejak Teguh masih kecil.
Hingga kini Supartinah tidak pernah kembali, sehingga tak ada yang sekadar
menyapa apakah bocah ini sudah makan atau belum, apakah di rumah ada yang
bisa dimakan atau tidak.

"Teguh kemudian memilih tinggal bersama Mbah Ginah yang tinggalnya masih
sedesa dengan ayahnya. Meski sama-sama miskin, mbah yang buta ini lebih
telaten," kata Sukarni.

Teguh memilih mengakhiri rasa sakit dan kemiskinan itu dengan caranya
sendiri. Bayu, 11, teman sebangku Teguh di kelas, menangis mendengar teman
belajar dan teman bermainnya meninggal.

Menurut Bayu, nilai pelajaran Teguh yang duduk di bangku terdepan ini
bagus-bagus. "Selalu 7 dan 8. Dia juga mampu menirukan semua bentuk
lukisan maupun gambar di atas kertas," kata Bayu.

Bayu ingat, ketika bermain bersama, Teguh sudah berpesan mulai Senin
(18/2) tidak masuk sekolah lagi. "Sabtu lalu dia bilang sakit maagnya
kambuh," tuturnya.

Setelah memastikan sebab kematian, Kapolsek Lembeyan, AKP Subagyo langsung
menyerahkan jasad Teguh kepada keluarga untuk dimakamkan atas permintaan
keluarga.

Ayahnya, Suwarno, tak bisa dimintai keterangan karena pingsan setelah
melihat Teguh meninggal.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ya Allah, maafkan seluruh dosa Teguh...
Ya Allah, maafkan dosa Mbah Ginah, neneknya yang buta..
Ya Allah, maafkan dosa Suwarno, ayahnya....

Ta Allah, maafkan juga saya yang sering lupa akan nikmat karunia Mu.....
posted by Punk and Buls @ 08.10  
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home
 

View My Stats
About Me

Photobucket

Name: Punk and Buls
Home: Jakarta, Indonesia
About Me: Punk sangat tidak pintar memotret, sementara Buls susah menemukan angle yang bagus saat dipotret. Sungguh tindakan yang nekad memakai polaroid. Enjoy!!!!
See my complete profile
Previous Post
Archives
Buku Tamu

Links
Powered by

Blogger Templates

BLOGGER